Selasa, 18 September 2018

Muqodimah Khulasoh Ta'dzimul Ilmi


Kitab ini adalah sebuah ringkasan dari kitab aslinya yang berjudul Ta’dzimul Ilmi (Pengagungan Ilmu) yang ditulis oleh Syaikh Sholih Bin Abdullah Bin Hamad Al Ushoimi. Kemudian beliau membuat ringkasannya dengan tujuan agar mudah dihafal oleh para penuntut ilmu dan kemudian lebih mudah dipraktikan. Tapi sebelum masuk ke pembahasan ada baiknya kita menyimak apa yang Syaikh sampaikan di muqoddimah kitab beliau.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah dan aku bersaksi bahwa tiada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya Shallallahu alaihi wasallam. Amma ba’du.
Sesugguhnya jumlah ilmu yang didapat seorang hamba itu sesuai dengan seberapa banyak hatinya mengagungkan dan memuliakan ilmu. Dan orang yang hatinya penuh dengan pengagungan terhadap ilmu dan pemuliaannya maka hatinya telah menjadi tempat yang baik untuk ilmu. Begitu pula semakin berkurang pemuliaan hati terhadap ilmu maka akan berkurang pula jatah ilmu yang didapat oleh seseorang di hatinya. Bahkan ada hati yang menjadi disitu sama sekali tidak ada sedikitpun ilmu.
Maka barang siapa memuliakan ilmu akan nampak darinya cahaya dan akan memahami banyak cabang dari ilmu dan tidak ada keinginan tertinggi yang dia capai dengan semangat kecuali untuk terus belajar. Begitu pula dalam dirinya tidak ada kelezatan kecuali dengan berpikir tentang ilmu. Sebagaimana Abu Muhammad Ad Darimiy juga memandang benarnya pernyataan ini. Sehingga beliau menutup kitab sunnannya yang berjudul (Al Musnad Al Jaami’) dengan bab tentang pengagungan ilmu.
Dan hal yang paling membantu seseorang agar bias mengagungkan ilmu adalah mengetahui pokok-pokok dalam pengagungan ilmu. Dan itu adalah hal yang sangat pokok dan dengannya terwujud pengagungan ilmu yang nyata di hati. Dan barang siapa berpegang teguh dengan pokok tersebut maka dia telah mengagungkan dan memuliakan ilmu. Dan barang siapa menyia-nyiakannya maka dia telah menyia-nyiakan dirinya, dan mengikuti hawa nafsunya, maka jangan menyalahkan siapa-siapa jika dia menjadi futur (lemah) kecuali dirinya.
Kemudian syaikh membawakan syair yang berbunyi
يداك أوكتا وفوك نفخ
Tanganmu sendiri yang mengikat dan mulutmu sendiri yang meniup.
Maksud kalimat ini adalah bahwa dulu ada seseorang yang mau berenang di lautan yang luas sambal membawa pelampung dari wadah air yang bisa diikat. Tapi kemudian temannya bilang kepadanya bahwa dia tidak akan berhasil. Tapi orang itu tidak peduli dengan nasehat temannya dan nekat berenang di laut itu. Kemudian dia tiup pelampungnya dan dia ikat. Ketika dia mau melompat ke laut temannya memberi tahu dia kalau ikatannya kurang kuat tapi dia tidak menghiraukannya dan tetap melompat kelaut. Sampai pada akhirnya ikatan yang dia buat tadi terbuka dan angin yang ada di wadah tadi keluar semua sehingga dia tidak punya alat yang membantunya mengapung. Akhirnya dia meminta tolong pada temannya tadi, tapi temannya justru mengatakan kalimat diatas kepada orang yang tenggelam itu. Yang inti dari perkataan itu adalah, bukankah tadi sudah aku peringatkan kamu berkali-kali tapi kamu tidak peduli ? sekarang rasakan akibatnya dan jangan salahkan siapapun kecuali diri sendiri. 

Diterjemahkan dari kitab Khulashoh Ta'dzimul Ilmi karangan Syaikh Sholih Al Ushoimi dengan tambahan penjelasan dari Ustadz Anas Burhanuddin hafidzohullah .

Load disqus comments

0 komentar